Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2024

Anggur di Kana vs Moke Aimere

Oleh E.N. Iblis membawa pesimisme, Yesus membawa Optimisme. Benteng iblis adalah dosa , & karena dosa datanglah kematian.  Benteng itu telah dirobohkan oleh Yesus lewat ketaatanNya. Sengat Kematian telah dikalahkan Yesus, lewat kebangkitanNya. Benteng iblis masih ada & kian kokoh. Nyatanya kematian masih ada. Setiap manusia yang hidup pasti akan menjadi tua lalu mati. Di manakah manusia bisa menaruh optimisme pada Yesus yang telah mengalahkan kematian ? Berikut pendapat saya , Benteng terakhir iblis belum dirobohkan. Benteng itu bernama KECENDERUNGAN BURUK yang telah menempel pada gen manusia. Gen buruk itulah benteng terakhir  iblis yang masih harus dikalahkan. Dengan apa dia dikalahkan ? Dengan gen baru yang telah direkayasa oleh Firman Tuhan. Gen baru hasil rekayasa itu bernama SPIRITUALITAS. Pola iblis masih sama seperti cara purba yakni mengalihkan perhatian manusia dari ketaatan pada TUHAN ke taat pada IBLIS. Agar manusia taat kepada iblis, terlebih dahulu ia ...

Atheis, Agnostik & Agamawan kontribusinya dalam pusaran konflik politik

Oleh Eddy Ngganggus Ada 3 kelompok komunitas orang  dengan jawabannya masing-masing  jika di tanya perihal apakah ada TUHAN ? Kelompok pertama menjawab TUHAN itu tidak ada , mereka ini adalah kelompok orang atheis, kelompok kedua memberi jawaban kami tidak tahu apakah TUHAN itu ada atau tidak, mereka ini adalah kempok agnostik. Lalu kelompok ketiga memberi jawaban TUHAN itu ada, mereka adalah kaum agamawan. Jawaban mereka berkisar pada kata , tidak ada, tidak tau, dan ada. Masing-masing mereka meyakini apa yang mereka pahami adalah yang paling baik dan paling benar . Bagaimana dengan kita  apa jawabannya ? Sifat kebenaran adalah " mutlak benar" atau " mutlak salah".  Karena itu mana dari ke tiga kelompok di atas yang mutlak benar dan mutlak salah ? Kita masing-masing tentunya punya jawabannya, dengan alasannya masing-masing atas kenyataan ini. Tidak bisa ada yang setengah benar atau setengah salah atau salah sebagian atau benar sebagian. Tidak ada hierarki dalam k...

Dungu, kata yang mendunia menjadi the word world

Oleh Eddy Ngganggus Sikap kritis sasarannya adalah menonjok esensi agar eksistensi rasionil tampak. Yang irasionil minggir dulu . Di situ fakta menjadi prioritas utama ,bukan persepsi, bukan opini, karena di saat sikap kritis itu lemah maka framing akan mudah tumbuh. Sikap kritis akan memverivikasi kepatutan & kepantasan sebuah sikap dan putusan. Apakah keputusan & sikap itu memantaskan masyarakat mencapai sejahtera ,adil dan makmur atau memantaskan orang pribadi, keluarga, kelompok atau geng tertentu saja. Perilaku para elit Legislatif, Eksekutif, Yudikatif menjadi representasi level kritis perpolitikan di Indonesia. Respons publik terhadap "PROSES" penetapan calon WAPRES, pada pra PILPRES, kemudian Penggelontoran BANSOS ditengah proses pemilihan, lalu kinerja aplikasi SIREKAP pasca pemilihan, adalah obyek mengapa publik resisten terhadap pemerintah. Adab pemerintah di gugat , salah satunya adalah dengan kata "DUNGU". Di beberapa talk show yang  di tayan...

Semakin keruh, semakin lahap

  Oleh Eddy Ngganggus Bila yang bohong tampak kuat, hebat, jangan percaya , sejatinya itu kekuatan semu. Kekuatan yang sejati tetap ada di pihak yang benar. Ketaatan pada pembohong adalah ketaatan semu. Lantas kenapa yang di tuding berbohong itu tampak makin kuat &  exixt ? Itu terjadi karena mereka sanggup hidup dalam kepalsuan & mampu berpura-pura dengan gaya hidup orang benar meskipun itu hanya sebagiannya saja. Semakin berbuat curang,  semakin pembohong menemukan teknik merancang kepalsuan. Perisainya cuman topeng. Buah dari bohong adalah kecemasan. Sedangkan buah dari kebenaran adalah sukacita. Saat ini apa yang di rasakan publik ? Terdapat dua perasaan yakni  ada yang resah ,juga ada yang  bersukacita. Dua kelompok ini ,yang resah dan yang sukacita . Saat masih kecil atau baru bertumbuh yang resah dan yang sukacita agak sulit dibedakan, sebagaimana sulitnya membedakan gandum dari ilalang  bila itu di pantau dari jauh. Mencabut ilalang pada saa...

Tidak semua dendam itu buruk

  Adanya penjara adalah memaksudkan pelembagaan "dendam" yang dikontrol. Ini tidak berpretensi orang bebas merestui dendam tanpa kendali. Adanya pengubahan sebutan Narapidana menjadi warga binaan misalnya adalah inplisit bahwa dendam itu sesungguhnya direstui.  Motif dendam disini untuk membuat perubahan yang lebih baik. Muskhil tanpa dendam ada semangat menjerakan penjahat menjadi orang baik. Dendam yang dikendalikan Apapun kejahatan akan meninggalkan luka setidaknya kesan bagi korban kejahatan. Mustahil luka itu bisa hilang segera meskipun dengan dogma rohani yang sangat dihormati sekalipun.  Mata ganti mata , gigi ganti gigi adalah salah satu prinsip balas dendam ala purba yang tentunya punya alas legitimasi sebagai alat pemburu keadilan. Juga sebagail alat penjera  agar yang lain tidak melakukan kejahatan . Mengenakan prinsip ini di era penghargaan pada HAM adalah sebuah kontras. Dendam dalam kemuliaan HAM akan menampakan sisi maskulin dari hukum. Sisi jantan ...

Politik yang riang

Eddy Ngganggus  Salah satu kesukaan ras manusia Pancasila adalah  kebenaran, juga keadilan. Namun meskipun pedang adil itu tajam  ia tidak akan bisa memenggal kepala orang tidak bersalah. Orang adil belum tentu benar. Kebenaran derajatnya lebih tinggi dari keadilan, karena itu orang bisa hidup tanpa keadilan namun tidak bisa hidup tanpa kebenaran. Keadilan itu tentang bunyi huruf dalam undang-undang, tetapi kebenaran itu tentang bunyi suara di dalam nurani. Karena itu keadilan tertinggi adalah hati nurani. Dampak dari ketidakadilan hanyalah menimbulkan prasangka  tetapi dampak dari ketidakbenaran adalah maut. Hidup dalam kesalahan itu sama dengan mati. Saat ketidakadilan terbelit begitu mudah ketidaktenteraman akan lahir, namun saat ketidakbenaran membelit maka kematian di depan mata. Mungkin karena itu seseorang mudah lupa jika diperlakukan tidak adil namun ia sulit lupa jika diperlakukan tidak benar. Kita melakukan kekeliruan bila mengusulkan  hormat pada kead...

Haru biru itu berjubah Niat baik

Gambar
  Eddy Ngganggus Keinginan sebagian rakyat saat ini menelisik motif bertindak  penguasa karena rakyat melihat ada kejadian yang tidak wajar sedang terjadi.  Mendeteksinya dilakukan  melalui history apa buah yang sudah dihasilkan selama berkuasa. Ini adalah salah satu parameter yang paling fair. Apakah motifnya kasih, citra diri, motif ekonomi ? dan motif lainnya akan nampak dari buah karya yang pernah  di hasilkan. Ukuran-ukuran sukses di tabulasi dengan parameter hasil karya. Rakyat berada pada 2 kesimpulan , masing-masing ada yang menyatakan pemerintah sukses ada yg menyatakan kurang sukses.  Rujukan sukses dan tidaknya  yang jadi acuan bersama adalah PANCASILA, karena itulah rujukan Etik bangsa Indonesia. Persoalannya saat ini penilaian etik terhadap proses politik di Indonesia pada PILPRES kali ini fariasinya beragam. Ini menjukan kesenjangan moral bangsa kita masih berjauhan . Ini indikasinya etika bangsa kita sedang bermasalah. [  ] EMPATI ...