Dungu, kata yang mendunia menjadi the word world

Oleh Eddy Ngganggus


Sikap kritis sasarannya adalah menonjok esensi agar eksistensi rasionil tampak. Yang irasionil minggir dulu . Di situ fakta menjadi prioritas utama ,bukan persepsi, bukan opini, karena di saat sikap kritis itu lemah maka framing akan mudah tumbuh. Sikap kritis akan memverivikasi kepatutan & kepantasan sebuah sikap dan putusan. Apakah keputusan & sikap itu memantaskan masyarakat mencapai sejahtera ,adil dan makmur atau memantaskan orang pribadi, keluarga, kelompok atau geng tertentu saja.
Perilaku para elit Legislatif, Eksekutif, Yudikatif menjadi representasi level kritis perpolitikan di Indonesia.
Respons publik terhadap "PROSES" penetapan calon WAPRES, pada pra PILPRES, kemudian Penggelontoran BANSOS ditengah proses pemilihan, lalu kinerja aplikasi SIREKAP pasca pemilihan, adalah obyek mengapa publik resisten terhadap pemerintah.
Adab pemerintah di gugat , salah satunya adalah dengan kata "DUNGU". Di beberapa talk show yang  di tayangkan ,iti semacam uji kedunguan oleh publik. Uji yang dimaksud adalah apa point of kritis dari kedunguan itu. Yang mempopulerkan kata ini bung Rocky Gerung menunjukan esensi dari kedunguan itu karena ada dugaan penyelewangan UU dalam beberapa tahap proses PEMILU.

Presiden adalah eksistensi, kesejahteraan rakyat adalah esensi. Ini adalah point dari predikat atau status yang melekat pada Jokowi ,Gibran, dan paman Usman. Mereka bertiga adalah makluk rasional juga makhluk etis. Yang rasional mesti etis, yang etis juga mesti rasionil. Keputusan untuk mengusung dan di usung adalah hak masing-masing yang punya kepentingan, namun saat yang sama kewajiban etis untuk mempertimbangkan kepantasan dan kepatutan proses pengusungan kandidat cawapres pun mesti disertakan. Mengapa ? Karena Di sana ada HAK rakyat yang mesti diusung juga. Hak apa ? Hak untuk menjalankan dengan benar UU yang adalah representasi keinginan rakyat Indonesia.

Jadilah kata DUNGU itu bukan untuk mengolok person tetapi untuk memverivikasi kepantasan esensi policy, adakah "eksistensi" nyambubg denfan "esensi" yakni membawa kesejahtraan rakyat atau sebaliknya keresahan rakyat ?

Liliba 23 Maret 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kemalangan maupun kesenangan permanen itu ilusi

MBAH PON TAK MENGENALNYA

Di PHK , Sedih tetapi jangan Sepi