Di PHK , Sedih tetapi jangan Sepi
Oleh ; Eddy Ngganggus
Kala itu bulan April tahun 2022, saya di Pecat dari kantor tempat di mana saya bekerja. Saya di pecat di saat usia pekerjaan saya mencapai tahun ke 26. Di antara rentang 26 tahun itu saya menjalani pekerjaan dalam posisi sebagai pejabat bank selama 21 tahun.
Dua rekasi yang muncul di kalangan keluarga, sahabat dan beberapa orang lain, yakni kelompok pertama menilai saya telah melakukan sebuah kejahatan ,lalu kelompok kedua menilai pemecatan saya bukan karena kejahatan yang saya lakukan tetapi karena sebab lain. Reaksi sebagai korban PHK bisa berbeda pula. Jika saya mengisahkan reaksi PHK atas diri saya pada tulisan ini lebih pada tujuan agar mereka yang mengalami nasib serupa seperti saya bisa mengorganisasi diri bagaimana menjalani fonish sebagai orang “salah” atau “yang di anggap salah”.
Pertama, tidak usah terlalu ambil peduli dengan apa kata orang tentang kita, namun hal ini tidak berpretensi kita menutup saran baik dari orang lain. Kita tahu kapan harus peduli pada kata orang lain dan kapan mengabaikan kata mereka. Karena kadang salah satu cara terbaik untuk memecahkan masalah adalah dengan berhenti peduli. Apalagi mengkhawatirkan orang yang tidak pernah mengkhawatirkan kamu. Abaikan apa yang orang lain pikirkan dan katakana tentangmu , lakukan apa yang membuatmu bahagia.
Ke dua, tidak usaha terlalu peduli dengan pribadi orang yang memutuskan PHK kita, tetapi ini juga tidak berpretensi kita membiarkan pelanggaran yang dilakukan oleh sang pemutus PHK. Oleh karena itu jika tampak jelas ada perbuatan yang bertentangan dengan hukum maka lakukan pengaduan secara hukum lewat institusi peradilan yang sah, mulai dari dinas tenaga kerja hingga Pengadilan Negeri. Tujuannya bukan untuk melawan, atau membangkang tetapi untuk menemukan kesahihan atau kemurnian perihal kebenaran keputusn PHK itu. Tidak untuk melawan arus tetapi belajar mengalir dengan arus dan juga mengatur arus agar jangan hanyut. Hanya ikan mati saja yang mengikuti arus itupun namanya hanyut, tetapi ikan hidup, tidak, agar tidak hanyut maka jika perlu sesekali ia boleh bahkan mesti melawan arus. Mengikuti arus kadang merupakan sebuah “kecelakaan”, Lindsey Kelk, dengan puitis mengatakan ;
Kadang-kadang kita terbiasa untuk tidak benar-benar merasakan apa pun, hanya mengikuti arus, sehingga kita lupa bagaimana rasanya menjadi sangat bahagia atau sedih.
Lalu bagaimana jika kondisinya sekarang sudah terbawa arus ? Filosofi berikut mungkin bisa mengarahkan ; tidak penting dari mana kamu berasal, tetapi yang penting adalah ke mana kamu mesti berlabuh. Jika keputusan PHK sudah terjadi, maka ke mana kebenaran PHK ini harus di labuhkan, yah di keputusan Lembaga Peradilan tentunya.
Kehilangan pekerjaan bisa saja menjadi jalan terbaik untuk belajar ikhlas tanpa batas. Karena itu jangan karena kehilangan pekerjaan menjadikan kita merasa hampa , kosong. PHK itu memang berarti kehilangan tetapi bisa jadi PHK bukan kita yang kehilangan mereka tetapi merekalah yang kehilangan kita. Kebenaran kata-kata ini hanya bernilai benar bila kita bisa buktikan melalui prestasi yang bisa kita buat bukan prestise . Karena orang yang bisa berprestasi setelah di PHK itu tidak selamanya kehilangan tetapi hanya di tukar dengan sesuatu yang lebih indah. Prestasi seseorang akan menceriterkan siapa sesungguhnya dirinya.
Ke tiga, tetap bersyukur dengan keadaan yang terpisah dari pekerjaan lama, tak peduli apa yang telah hilang, selama masih mampu bersyukur pada Tuhan,kita tak kehilangan apa pun. Sebaliknya hal itu menjadi kehilangan besar bila kita kehilangan kesanggupan untuk bersyukur dengan kondisi saat ini.
“ Belajarlah memiliki rasa syukur sebelum kehilangan yang menjelaskannya ”
Alasan lain kenapa kita harus bersyukur dengan keadaan hari adalah karena kelak kita akan tahu bahwa sesungguhnya kehilangan yang paling berat adalah kenyataan bahwa kita terlambat sadar bahwa kita selama ini berada di tempat yang salah.
Saat ini, kita ingin membicarakan rasa kehilangan dengan bahagia. Tidak mengingatnya lagi sebagai kenangan, tetapi pelajaran. Tidak perlu menyesal , karena penyesalan tidak bisa membuat kita menemukan kembali yang hilang.
Ke empat, cintailah yang kamu miliki saat ini. “Kadang cinta di wujudkan dengan merelakan pekerjaan yang pernah kita cintai pergi, tak peduli yang kita miliki saat ini lebih kecil jumlahnya dari yang sebelumnya, karena itu hanya soal jumlah tetapi bukan soal mutu atau kualitas hidup kita.”
Bukankah kualitas hidup lebih utama dari jumlah harta materi ? Tak jarang seseorang justru menemukan jalan baru setelah ia kehilangan , karena memang begitulah cinta kadang di dalam cinta seseorang bisa menemukan jalan baru justru setelah ia mengalami kehilangan.
Ke lima, nyalakan terus harapan bahwa badai pasti berlalu, Jika ada kemungkinan menemukan penghiburan dari tragedi karena kehilangan pekerjaan, itulah harapan . Ketika yang lain sudah mati, maka yang mati paling akhir adalah harapan, karena tidak semua yang hilang dari kita, harus kita cari kembali. Ada banyak kehilangan yang cukup kita hadapi dengan merelakan. Karena hanya dengan merelakan, kita akan mendapat pengganti yang lebih baik.
Meskipun PHK sesaat membuat sedih tetapi jangan sampai sepi.
Komentar
Posting Komentar