Kemalangan maupun kesenangan permanen itu ilusi
Part 1
Oleh Eddy Ngganggus
Saatnya kebenaran akan dicari orang termasuk oleh dia yang tadinya membungkam kebenaran itu.
Karena kebenaran itu makanan pokok semua orang, entah ia orang baik ataupun ia orang tidak baik.
Sia-sia membungkam kebenaran, karena kebenaran itu makanan pokok kita bersama , entah ia orang benar ataupun ia orang jahat.
Sia-sia membungkam kebenaran, karena kelak kebenaran sesungguhnya akan tersingkap , karena antara kebenaran dan kesalahan adalah siklus pasti yang selalu melintas di orbit kehidupan manusia.
Karena itu bila ada yang menang dengan cara curang, jangan terlalu membusungkan dada, karena kelak dadamu tidak cukup kuat bertahan jika kebenaran sesungguhnya akan tersingkap.
Kebenaran bukanlah lawan dari kesalahan, sepert manis yang merupakan lawan dari pahit, tidak seperti itu.
Tetapi kebenaran adalah "giliran" yang sedang berjalan dalam siklusnya sebelum digantikan oleh kebohongan yang sedang berjalan di lintasan yang sama, namun waktunya saja yang berbeda. Yah , siklus seperti siang dan malam, terang dan gelap. Siang yang menyertakan terang bukanlah lawan dari malam yang menyertakan gelap. Tetapi siang itu bagian dari malam dan sebaliknya. Mengapa ? Karena sebagaimana terang itu ada sumbernya yakni matahari, sedangkan gelap itu tidak ada sumber.
Sesuatu bisa dikatan berlawan satu dari yang lain jika obyek yang akan dikontraskan itu masing-masing mereka memiliki sumber.
Gelap itu adalah fenomena ketiadaan terang, karena bagiannya sedang membelakangi sumber terang yakni matahari.
Seperti itulah bedanya kebenaran dari kesalahan. Saat situasi ketiadaan kebenaran itulah saat di mana kesalahan itu eksis. Itu siklus yang akan terus berganti. Karena itu kita tidak akan pernah mendapatkan kesalahan yang permanen dan juga kebenaran yang permanen. Jika demikian terlalu pongah bila ada orang yang punya kekuasaan membungkam kebenaran yang di suarakan oleh ia yang berbeda pandangan . Dikiranya ia bisa terus bertahan dalam kesalahannya. Dengan begitu "menghukum dia yang menyatakan kebenaran, sama artinya ia menghukum dirinya sendiri."
Ingat siklus yang saya personifikasikan di atas. Tidak ada yang permanen.
Jangan pernah takut menghadang kejahatan yang tidak permanen.
Baik kemalangan maupun kesenangan permanen hanyalah ilusi.
Ikuti tulisan saya selanjutnya di part 2
Liliba - Kupang, 26 Januari 2025
Komentar
Posting Komentar