Spiritualitas Bisnis

SPRITUALITAS BISNIS, CIRI PEBISNIS INTELEK





Oleh Eddy Ngganggus


Wajar etis

Perhatian, keterlibatan dan rasa cinta adalah tiga hal ideal yang menyertai aktifitas bisnis . Dua hal yang pertama yakni Perhatian dan Keterlibatan adalah syarat teknis yang memastikan bisnis bisa berjalan sesuai dengan pembidangan yang dilingkupi. Saya sebut sebagai kewajaran teknis. Hal yang ke tiga yakni kewajaran etis ,mestinnya menjadi dasar atau alasan sebuah bisnis di bangun , karena dengan itu keberlanjutan bisnis akan terwujud. Kewajaran etis mencakup adanya cinta yang tulus pada pekerjaan, kepada  mitra bisnis, pelanggan, kepada pekerja, kepada pemilik bisnis. Kita masing-masing memiliki pengalaman berbeda atas realitas bisnis hari ini. Saya sendiri bertolak dari pengalaman dan pengamatan saya sebagai pekerja dalam bisnis banking yang sebagian kewajaran teknsi sebagiannya mulai tergantikan oleh perangkat digital, menyaksikan ada dominasi alat atas manusia mulai terjadi. Di sana tercapai kehandalan teknis yang dicirikan dengan aktifitas menjadi lebih praktis, akurasi, dan presisi  .Mekanisme transaksi yang tadinya , manusia berhadapan dengan manusia, kini manusia berhadapan dengan mesin.  Bagaimana dengan kehandalan etisnya  ? semua transaksi yang menawarkan akurasi, presisi dan praktis sebagaimana cirikhas pekerjaan yang disuguhkan oleh mesin serta merta akan menjadi orientasi baru dari bisnis. Lompatan kemajuan di sisi ilmu pengetahuan di bidang Teknologi Informasi ini , belum berbanding lurus dengan lompatan kemajuan etis manusia yang menciptakan dan menggunakan teknologi , ini sebuah ancaman ,Mengapa ?  


Bisnis , Jalan menuju kemuliaan


Bisnis adalah aktivitas agung, luhur , mulia  bakal mengalami reduksi bila saintifikasi*) bisnis yang diwakili oleh kemajuan digital diintegrasikan dalam bisnis tidak menyertakan kesanggupan etis pada sisi penggunanya yakni manusia. Saintifikasi yang saya maksudkan adalah proses aktivitas bisnis yang mengedepankan rasionalitas, keilmiahan, dengan kedalamannya. Kemajuan IT dalam bisnis terwujud  berkat penerapan rasionalisme. Namun jangan sampai rasionalisme meruntuhkan humanitas bisnis . Kesanggupan etis tidak bisa tergantikan oleh mesin, pertimbangan moral tidak bisa tergantikan oleh alat. Disitulah celah yang mesti ditutup oleh manusia . Sayangnya kesanggupan etis manusia saat ini juga sedang mengalami masalah. Indikasinya adalah jumlah kejahatan bisnis di dunia maya yang tidak sedikit jumlahnya, masih marak terjadi . Hal ini tidak semata lantaran malfungsi perangkat , tetapi justru di sengja oleh manusia yang pengendali perangkat-perangkat atau mesin buatannya ini. Bisnis yang tadinya adalah sarana tata kelola hidup bersama menuju jalan kemuliaan, keluhuran, mengangungkan martabat manusia menjadi babak belur . Bisnis kita hari ini sudah menuju jalan virtual . Model kejahatannyapun telah bermetamorfosis menuju kejahatan virtual. Lantas bagaimana sikap manusia yang bakal di kendalikan oleh mesin bisa mengantisipasi efek kejahatan akibat dominasi alat terhadap bisnis ?


GCG sebagai GERMO


 GCG singkatan dari Good Corporate Governance atau tata kelola bisnis yang baik mutlak menjadi GERMO akronim dari GErbang Moral bagi pelaku bisnis sebgai panduan . 

GCG berisikan nilai-nilai keutamaan seperti kasih, jujur,memaafkan, sabar, murah hati, lemah lembut, kebaikan, kreatif, tidak egois. Ibu dari semua kebajikan ini adalah “RENDAH HATI” . Sifat sebaliknya yakni pembohong , egois, suka pamer, tidak sabar, serakah, suka mengeluh, suka mencuri, gemar berselingkuh adalah nilai yang harus di hindari. Ibu dari sifat ini adalah “SOMBONG”. Bisnis akan berada dalam “kenaifan” menipiskan harapan, memudarkan semangat, melunturkan kemuliaan & keluhurannya bila societas bisnis kita berisi orang-orang yang memiliki GCG rendah, karakter buruk, dengki, penuh dengan perilaku menyimpang ,akibatnya integrasi TIK (Teknologi Informasi Komunikasi) yang di harapkan membawa kepraktisan, presisi, dan akurasi justru akan membawa keruwetan baru yang menjerembabkan manusia menuju kemunduran. 


Lantas bagaimana jalan tengahnya ?

Saya ingin mengenalkan istilah rekaan saya sendiri yakni “saintifikasi bisnis”. Apa itu ? sebutan yang ingin memberi artikulasi bahwa bisnis ada di di ranah keilmuan di ranah ilmiah. Namun karena bisnis mudah sekali terjermabab dalam hiruk pikuk politik , akibatnya bisnis di sandera oleh politik akhirnya keilmiahan bisni jadi pudar, pemimpin bisnis menjadi “bodoh kembali” , bisnis tidak lagi dikendaikan oleh kaidah-kaidah keilmuan, kaidah ilmiah. Berikut karena moral etik yang minim, bisnis direduksi , tidak lagi mengedepankan rasionalitas tetapi menjadi alat intimidasi, alat luapan emosi, alat pamer hebat, menjadi etalse kehebatan personal,  


Semoga diskursus ini mencerahkan para pebisnis, terutam bagi para pemimpin bisnis agar bisa menjadi pemimpin yang lebih rendah hati. Sehingga tema diskursus kita di era post modern tidak lagi berkutat pada kebodohan, kedunguan yang merupakan ciri manusia pra sejarah .Cukuplah fosil orang purba yang sudah berubah menjadi minyak yang kita ambil , tidak dengan kebodohannya. Kecerdasan kita menjadi minyak baru untuk membakar kehebatan manusia post modern  saat ini.   Semoga.


Catatan *)

Dari scientification yang artinya , sesuatu yang mendasarkan rasionalitas ilmiah. 


Komentar

  1. Mantap kk..smgt terus dlm menyampaikan sgl aspirasi, motivasi dan pikiran yg sangat menggugah pembaca..smg dapat mereflesikan sikap dan prilaku setiap orgπŸ’ͺπŸ’ͺπŸ’ͺπŸ‘πŸ‘

    BalasHapus
  2. Terimakasih supportnya bapa Andien

    BalasHapus
  3. Kata yg tepat dalam menjalani hidup dlm berbisnis ataupun apa saja "Rendah Hati dan Tidak Sombong" kedua kata ini menjadi tolok ukur untuk kita bisa melihat org lain dengan penuh cinta kasih sehingga dlm membuat dan mengambil keputusan tepat πŸ‘πŸ‘πŸ™πŸ™mks kk

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kemalangan maupun kesenangan permanen itu ilusi

MBAH PON TAK MENGENALNYA

Di PHK , Sedih tetapi jangan Sepi