Apakah masih perlu Sumpah Jabatan




Oleh Eddy Ngganggus

Sumpah jabatan,sudah, buat pakta integritas, sudah, berikrar ,sudah, tanda tangan tidak korupsi ,sudah, di ancam dengan hukuman bila melanggar sumpah, sudah. Tetap tidak ada pengaruh, sumpah jabatan tetap saja dilanggar. Tetap saja korupsi, tetap saja menipu.

Jadilah sumpah jabatan itu semacam “spekulasi” mistis. Tindakan untung-untungan , pendapat yang hanya berdasar pada dugaan, tidak pada kenyataan. Memang jadinya agak sarkastis atau kasar jika di katakan sumpah jabatan akhirnya menjadi ilusi. Faktanya pelanggar sumpah jabatan itu jumlahnya makin hari bertambah banyak. Sumpah nggak ngefek, kata anak milenial. Sumpah tidak berhasil mencegah orang berbuat jahat. Sumpah itu menjadi ibarat orang-orangan yang di taruh di tengah sawah untuk menakut-nakuti burung agar tidak ikut menuai yang bukan miliknya .  Yang ditipu bukan saja orang yang dipimpinya tetapi juga Tuhan yang menjadi arah sumpahnya di tuju. Tuhan saja dia langkahi apalagi manusia. Demikian secuil kecemasan saya yang sudah tidak menaruh keyakinan pada metoda mencegah kejahatan melalui sumpah . Sumpah jabatan tidak akurat lagi mencegah kejahatan.  Sumpah jabatan akhirnya hanya menjadi rekaan, imajinasi, ilusi bahkan halusinasi . Sumpah jabatan adalah keadaan antara yang dogmatis dan logis. Menakut-nakuti dengan dogma menghasilkan ketaatan semu tetapi menyapa dengan logis akan mendatangkan ketaatan sejati. Artinya yang dogmatis itu mesti dimanifestasikan secara konkret lewat aksi nyata menindak setiap pelanggaran atas butir-butir sumpah yang diucapkan dalam seremony agung di hadapan orang-orang yang di dipimpinya.


Urgensi sumpah itu adalah untuk mencegah terjadinya perilaku  mencuri, menipu, dan deretan perilaku kotor lainnya .  Asumsinya jika sudah di sumpah menggunakan Kitab Suci yang bersumpah akan menjadi orang taat. Sumpah bagi para pejabat bisnis bertujuan ;

Agar bisnis jangan di kuasai perampok. Optimisme sumpah jabatan menjadi diapriori , seperti tampak dari beberapa fakta mengenai sumpah jabatan .


Tradisi yang terlanjur salah.

Sumpah jabatan tidak cukup efektif mencegah kejahatan apalagi memperbaiki .

Yang melanggar sumpah jabatan itu adalah penista agama yang sesungguhnya

Setelah melanggar sumpah, akrab lagi dengan simbol-simbol agama,misalnya mengenakan symbol agamis, melakukan ritus agama, namun tidak mempraktekan nilai-nilai baik yang ada dalam ajaran agama itu.

Melanggar sumpah dari yang dzholim menjadi yang lazim.

Orang beragama korupsi, orang atheis korupsi. Awal jabatan keduanya berada di bawah sumpah.

Sumpah jabatan adalah hal sakral yang  diprofankan. Hal sakral yang tidak benar-benar menjadi sakral karena telah di baurkan dengan kebiasaan profan.

Sumpah tidak pernah menjadi sarana yang bisa meredam hasrat jahat manusia.

Tidak semua ayat KS di percayai , yang satu dipercayai yang lain hanya untuk diketahui saja.

Sumpah merupakan peragaan kepura-puraan 


Karena itu  Stop libatkan Tuhan dalam sumpah kalau akhirnya Tuhan di tipu . Ini ritus yang mendatangkan banyak tulah. Ini seremony menipu Tuhan secara berkelompok, cukuplah bersumpah bersumpah demi bapak, ibu , demi suami, istri dan anak-anak. Rumusan bersumpah demi Tuhan yang Maha Esa di ganti demi bapak, ibu , demi suami, istri dan anak-anak. Dengan begitu Tuahn tidak dinistakan .


“Orang jahat tetaplah orang jahat meskipun ia ber Tuhan, orang baik tetaplah orang baik meskipun ia tidak ber Tuhan “ . Sumanto Al Qurtuby, PhD



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kemalangan maupun kesenangan permanen itu ilusi

MBAH PON TAK MENGENALNYA

Di PHK , Sedih tetapi jangan Sepi